MEMAHAMI KECERDASAN DENGAN PENDEKATAN MULTIPLE INTELLIGENCES
Rabu, 28 April 2010 00.05 , 0 komentar
Konsep ‘Multiple Intelligences’ menyediakan kesempatan pada anak untuk mengembangkan bakat emasnya sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Mari pahami konsepnya!
Kalau ada banyak jalan menuju Roma, begitu juga jalan menuju kecerdasan. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas. Kalau ada banyak cara, berarti ada banyak tanda pula untuk melihat kecerdasan anak. Tanda itu bukan hanya dapat dilihat dari prestasi akademiknya di sekolah, atau mengikutkan anak kedalam tes intelejensia.
Anak-anak dapat memperlihatkan kecerdasannya lewat banyak cara. Cara itu misalnya melalui kata-kata, angka, musik, gambar, kegiatan fisk (kemampuan motorik) atau lewat cara sosial-emosional. Itu karena, menurut Thomas Armstrong, Ph.D, periset kecerdasan anak dan penulis buku ‘In Their Own Way : Discovering and Encouraging Your Child’s Multiple Intelligences’, semua anak terlahir cerdas dan berbakat. Kalaupun ada yang tampak tak menonjol, itu karena beberapa anak menunjukkan bakatnya lebih lambat dibanding anak lain.
Karenanya, banyak hasil-hasil riset kecerdasan anak menyarankan para orangtua untuk memberi banyak pengalaman dan stimulasi kepada anak. Stimulasi dan sensasi pengalaman yang intens itu berguna untuk segera membangkitkan kecerdasan anak. Jadi tak ada lagi istilah ‘anak menunjukkan bakat lebih lambat’. Fakta-fakta riset itulah yang kemudian oleh Prof. Howard Gardner, seorang psikolog dan pakar ilmu saraf dari Universitas Harvard, AS tahun 1983 dikristalkan ke dalam konsep teori kecerdasan yang disebutnya ‘Multiple Intelligences’ atau Kecerdasan Majemuk/Ganda.
Tidak Satu Parameter
Menurut Gardner, manusia itu, siapa saja--kecuali cacat atau punya kelainan otak—sedikitnya memiliki 9 kecerdasan. Kecerdasan manusia, saat ini tak hanya dapat diukur dari kepandaiannya menguasai matematika atau menggunakan bahasa. Ada banyak kecerdasan yang dapat diidentifikasi di dalam diri manusia. Coba bagaimana Mam & Pap menentukan siapa yang cerdas dalam pertanyaan berikut : “Siapa yang paling cerdas di lapangan sepakbola, apakah David Beckham atau Albert Einstein?” Juga, “Siapa yang cerdas di panggung musik, apakah Krisdayanti atau Susi Susanti?”. Mereka cerdas di bidangnya masing-masing. Kita tak bisa menggunakan satu parameter untuk membandingkan kecerdasan mereka.
Dalam buku terbarunya, ‘Intelligence Reframed : Multiple Intelligence for The 21st Century’ (1999), Howard Gardner, menjelaskan 10 kecerdasan yang tersimpan dalam otak manusia. Konsep kecerdasan ganda ini, bila dipahami dengan baik, akan membuat semua orangtua memandang potensi anak lebih positif. Terlebih lagi, para orangtua (guru) pun dapat menyiapkan sebuah lingkungan yang menyenangkan dan memberdayakan di rumah (di sekolah).
Bahan Sederhana
‘Ruang kelas’ terbesar untuk belajar sebenarnya sudah tersedia. Ya, dunia adalah ruang belajar itu. Untuk mengembangkan kecerdasan unik anak-anak lewat konsep ini, yang dibutuhkan sebenarnya sudah tersedia di lingkungan sekitar. Di sekolah, anak bisa diajak keluar kelas untuk mengamati setiap fenomena yang terjadi di dunia nyata. Sementara di rumah, anak bisa memanfaatkan benda-benda dan materi di sekitar rumah. Mam & Pap tak perlu membelikan alat belajar maupun mainan yang mahal.
Konsep Multiple Intelligences juga mengajarkan kepada anak bahwa mereka bisa belajar apapun yang mereka ingin ketahui. Apapun yang ingin diktehauinya itu dapat ditemui di dalam kehidupan nyata yang dapat mereka alami sendiri. Sementara, bagi orangtua maupun guru, yang dibutuhkan hanya kreatifitas dan kepekaan untuk mengasah kemampuan anak. Baik Mam & Pap maupun guru juga harus mau berpikir terbuka, keluar dari paradigma tradisional.
Soal manfaat lingkungan untuk membantu proses belajar ini, sudah diteliti lho oleh beberapa orang peneliti kegiatan belajar. Ada Vernon A. Magnesen tahun 1983 dan sekelompok peneliti seperti Bobbi DePorter; Mark Reardon, dan Sarah tahun 2000. Mereka menjelaskan bahwa kita sebenarnya mendapat pengetahuan dari apa yang kita baca (10%), dari apa yang kita dengar (20%), dari apa yang kita lihat (30%), dari apa yang kita lihat dan dengar (50%), dari apa yang kita katakan (70%) dan dari apa yang kita katakan dan lakukan (90%).
Nah dari situ terlihat bukan, dari aktivitas seperti apa kita lebih banyak mendapatkan pengetahuan? Ya, dari yang kita lihat dan dengar serta dari paraktik yang kita lakukan. Belajar dengan menggunakan teori kecerdasan ganda bukan cuma menegaskan “it’s how smart they are” tapi “It’s how they are smart!” Bukan ‘seberapa pintar anak’ tapi ‘bagaimana mereka bisa menjadi pintar’. n
Apakah Kecerdasan Itu?
* Kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap
* Ia bagaikan kumpulan kemampuan atau ketrampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan
* Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah; kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan; kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat (Howard Gardner)
Tidak ada anak yang bodoh atau pintar, yang ada adalah anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan.
Multiple Intelligences
Melalui pengenalan akan Multiple Intelligences, kita dapat mempelajari kekuatan / kelemahan anak dan memberikan mereka peluang untuk belajar melalui kelebihan-kelebihannya.
Tujuan: anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi dunia, bekerja dengan ketrampilan sendiri dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
1. Kecerdasan Linguistik
* Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.
* Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu komunikasi
verbal.
* Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca karya orang
lain.
* Mampu menulis dan berbicara secara efektif.
* Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau
melakukan perbaikan pada karya tulis.
* Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui diskusi,
ataupun debat.
* Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan.
* Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata.
Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum,
pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator, pembawa acara di radio / TV, dan
sebagainya.
2. Kecerdasan Logika - Matematika
* Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.
* Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.
* Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.
* Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman komputer,
metode riset.
* Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat hipotesis,
merumuskan dan membangun argumentasi kuat.
* Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan hukum.
* Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek yang
konkret.
Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer
komputer, ahli ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan sebagainya.
3. Kecerdasan Intrapersonal
* Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyalurkan pikiran
dan perasaan.
* Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.
* Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang berkelanjutan dan
mau meningkatkan diri.
* Mengembangkan konsep diri dengan baik.
* Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur spiritual.
* Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan relevansinya dengan keadaaan saat
ini.
* Mampu menyelami / mengerti kerumitan dan kondisi manusia.
Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi,
perencana program, pengusaha, dan sebagainya.
4. Kecerdasan Interpersonal
* Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan
sosial.
* Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang lain.
* Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi dengan efektif,
baik secara verbal maupun non-verbal.
* Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang berbeda, mampu
menerima umpan balik yang disampaikan orang lain, dan mampu bekerja sama
dengan orang lain.
* Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.
* Mau melihat sudut pandang orang lain.
* Menciptakan dan mempertahankan sinergi.
Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia /
humas, penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi, tenaga
penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya.
5. Kecerdasan Musikal
* Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan alat
musik.
* Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara.
* Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu.
* Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu.
* Mampu menciptakan komposisi musik.
* Senang improvisasi dan bermain dengan suara.
* Menyukai dan mampu bernyanyi.
* Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai penyanyi atau pemusik.
* Mampu menganalisis / mengkritik suatu musik.
Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi
musik, penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen orkestra, penyanyi, guru
musik, penulis lirik lagu, dan sebagainya.
6. Kecerdasan Visual - Spasial
* Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung.
* Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya.
* Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.
* Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya.
* Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan
manipulasi.
* Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan warna.
* Menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses mengingat.
Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis,
desainer interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan sebagainya.
7. Kecerdasan Kinestetik - Jasmani
* Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh
kita secara trampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan mampu
bekerja dengan baik dalam menangani objek.
* Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam
bergerak.
* Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play,
permainan yang menggunakan fisik.
* Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.
* Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang dipelajari.
* Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap apa
yang dialami atau dilihat.
Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik /
montir, tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet profesional,
dan sebagainya.
8. Kecerdasan Naturalis
* Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam, tanaman
atau hewan.
* Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia.
* Mampu mengenali pola di antara spesies.
* Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani.
* Senang memelihara tanaman, hewan.
* Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop untuk mempelajari
suatu organisme.
* Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna.
* Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung, scuba diving
(menyelam).
Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus
organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna / flora, penjaga museum zoologi /
botani dan kebun binatang, dan sebagainya.
9. Kecerdasan Spiritual
Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai sebuah kombinasi dan kesadaran
interpersonal dan kecerdasan intrapersonal dengan sebuah komponen “nilai” yang
ditambahkan padanya.
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah, yang menuntun diri kita
menjadi manusia yang utuh, berada pada bagian yang paling dalam diri kita.
Dengan beragamnya kecerdasan manusia, menjadikan peran guru amat penting untuk
memberikan arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi para siswanya.
10.EXISTENTIAL (Cerdas Makna/Existence Smart)
Anak belajar sesuatu dengan melihat ‘gambaran besar’, “Mengapa kita di sini?”
“Untuk apa kita di sini?” “Bagaimana posisiku dalam keluarga, sekolah dan kawan-
kawan?”. Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi antar dunia dengan
kebutuhan untuk belajar.
Kita semua berbeda karena kita semua memiliki kombinasi kepandaian yang berbeda.
Bila kita mampu mengenalinya, saya kira kita akan mempunyai setidaknya sebuah
kesempatan yang bagus untuk mengatasi berbagai masalah yang kita hadapi di
dunia. - Howard Gardner
Kalau ada banyak jalan menuju Roma, begitu juga jalan menuju kecerdasan. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas. Kalau ada banyak cara, berarti ada banyak tanda pula untuk melihat kecerdasan anak. Tanda itu bukan hanya dapat dilihat dari prestasi akademiknya di sekolah, atau mengikutkan anak kedalam tes intelejensia.
Anak-anak dapat memperlihatkan kecerdasannya lewat banyak cara. Cara itu misalnya melalui kata-kata, angka, musik, gambar, kegiatan fisk (kemampuan motorik) atau lewat cara sosial-emosional. Itu karena, menurut Thomas Armstrong, Ph.D, periset kecerdasan anak dan penulis buku ‘In Their Own Way : Discovering and Encouraging Your Child’s Multiple Intelligences’, semua anak terlahir cerdas dan berbakat. Kalaupun ada yang tampak tak menonjol, itu karena beberapa anak menunjukkan bakatnya lebih lambat dibanding anak lain.
Karenanya, banyak hasil-hasil riset kecerdasan anak menyarankan para orangtua untuk memberi banyak pengalaman dan stimulasi kepada anak. Stimulasi dan sensasi pengalaman yang intens itu berguna untuk segera membangkitkan kecerdasan anak. Jadi tak ada lagi istilah ‘anak menunjukkan bakat lebih lambat’. Fakta-fakta riset itulah yang kemudian oleh Prof. Howard Gardner, seorang psikolog dan pakar ilmu saraf dari Universitas Harvard, AS tahun 1983 dikristalkan ke dalam konsep teori kecerdasan yang disebutnya ‘Multiple Intelligences’ atau Kecerdasan Majemuk/Ganda.
Tidak Satu Parameter
Menurut Gardner, manusia itu, siapa saja--kecuali cacat atau punya kelainan otak—sedikitnya memiliki 9 kecerdasan. Kecerdasan manusia, saat ini tak hanya dapat diukur dari kepandaiannya menguasai matematika atau menggunakan bahasa. Ada banyak kecerdasan yang dapat diidentifikasi di dalam diri manusia. Coba bagaimana Mam & Pap menentukan siapa yang cerdas dalam pertanyaan berikut : “Siapa yang paling cerdas di lapangan sepakbola, apakah David Beckham atau Albert Einstein?” Juga, “Siapa yang cerdas di panggung musik, apakah Krisdayanti atau Susi Susanti?”. Mereka cerdas di bidangnya masing-masing. Kita tak bisa menggunakan satu parameter untuk membandingkan kecerdasan mereka.
Dalam buku terbarunya, ‘Intelligence Reframed : Multiple Intelligence for The 21st Century’ (1999), Howard Gardner, menjelaskan 10 kecerdasan yang tersimpan dalam otak manusia. Konsep kecerdasan ganda ini, bila dipahami dengan baik, akan membuat semua orangtua memandang potensi anak lebih positif. Terlebih lagi, para orangtua (guru) pun dapat menyiapkan sebuah lingkungan yang menyenangkan dan memberdayakan di rumah (di sekolah).
Bahan Sederhana
‘Ruang kelas’ terbesar untuk belajar sebenarnya sudah tersedia. Ya, dunia adalah ruang belajar itu. Untuk mengembangkan kecerdasan unik anak-anak lewat konsep ini, yang dibutuhkan sebenarnya sudah tersedia di lingkungan sekitar. Di sekolah, anak bisa diajak keluar kelas untuk mengamati setiap fenomena yang terjadi di dunia nyata. Sementara di rumah, anak bisa memanfaatkan benda-benda dan materi di sekitar rumah. Mam & Pap tak perlu membelikan alat belajar maupun mainan yang mahal.
Konsep Multiple Intelligences juga mengajarkan kepada anak bahwa mereka bisa belajar apapun yang mereka ingin ketahui. Apapun yang ingin diktehauinya itu dapat ditemui di dalam kehidupan nyata yang dapat mereka alami sendiri. Sementara, bagi orangtua maupun guru, yang dibutuhkan hanya kreatifitas dan kepekaan untuk mengasah kemampuan anak. Baik Mam & Pap maupun guru juga harus mau berpikir terbuka, keluar dari paradigma tradisional.
Soal manfaat lingkungan untuk membantu proses belajar ini, sudah diteliti lho oleh beberapa orang peneliti kegiatan belajar. Ada Vernon A. Magnesen tahun 1983 dan sekelompok peneliti seperti Bobbi DePorter; Mark Reardon, dan Sarah tahun 2000. Mereka menjelaskan bahwa kita sebenarnya mendapat pengetahuan dari apa yang kita baca (10%), dari apa yang kita dengar (20%), dari apa yang kita lihat (30%), dari apa yang kita lihat dan dengar (50%), dari apa yang kita katakan (70%) dan dari apa yang kita katakan dan lakukan (90%).
Nah dari situ terlihat bukan, dari aktivitas seperti apa kita lebih banyak mendapatkan pengetahuan? Ya, dari yang kita lihat dan dengar serta dari paraktik yang kita lakukan. Belajar dengan menggunakan teori kecerdasan ganda bukan cuma menegaskan “it’s how smart they are” tapi “It’s how they are smart!” Bukan ‘seberapa pintar anak’ tapi ‘bagaimana mereka bisa menjadi pintar’. n
Apakah Kecerdasan Itu?
* Kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap
* Ia bagaikan kumpulan kemampuan atau ketrampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan
* Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah; kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan; kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat (Howard Gardner)
Tidak ada anak yang bodoh atau pintar, yang ada adalah anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan.
Multiple Intelligences
Melalui pengenalan akan Multiple Intelligences, kita dapat mempelajari kekuatan / kelemahan anak dan memberikan mereka peluang untuk belajar melalui kelebihan-kelebihannya.
Tujuan: anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi dunia, bekerja dengan ketrampilan sendiri dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
1. Kecerdasan Linguistik
* Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.
* Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu komunikasi
verbal.
* Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca karya orang
lain.
* Mampu menulis dan berbicara secara efektif.
* Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau
melakukan perbaikan pada karya tulis.
* Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui diskusi,
ataupun debat.
* Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan.
* Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata.
Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum,
pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator, pembawa acara di radio / TV, dan
sebagainya.
2. Kecerdasan Logika - Matematika
* Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.
* Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.
* Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.
* Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman komputer,
metode riset.
* Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat hipotesis,
merumuskan dan membangun argumentasi kuat.
* Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan hukum.
* Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek yang
konkret.
Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer
komputer, ahli ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan sebagainya.
3. Kecerdasan Intrapersonal
* Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyalurkan pikiran
dan perasaan.
* Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.
* Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang berkelanjutan dan
mau meningkatkan diri.
* Mengembangkan konsep diri dengan baik.
* Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur spiritual.
* Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan relevansinya dengan keadaaan saat
ini.
* Mampu menyelami / mengerti kerumitan dan kondisi manusia.
Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi,
perencana program, pengusaha, dan sebagainya.
4. Kecerdasan Interpersonal
* Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan
sosial.
* Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang lain.
* Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi dengan efektif,
baik secara verbal maupun non-verbal.
* Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang berbeda, mampu
menerima umpan balik yang disampaikan orang lain, dan mampu bekerja sama
dengan orang lain.
* Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.
* Mau melihat sudut pandang orang lain.
* Menciptakan dan mempertahankan sinergi.
Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia /
humas, penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi, tenaga
penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya.
5. Kecerdasan Musikal
* Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan alat
musik.
* Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara.
* Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu.
* Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu.
* Mampu menciptakan komposisi musik.
* Senang improvisasi dan bermain dengan suara.
* Menyukai dan mampu bernyanyi.
* Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai penyanyi atau pemusik.
* Mampu menganalisis / mengkritik suatu musik.
Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi
musik, penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen orkestra, penyanyi, guru
musik, penulis lirik lagu, dan sebagainya.
6. Kecerdasan Visual - Spasial
* Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung.
* Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya.
* Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.
* Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya.
* Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan
manipulasi.
* Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan warna.
* Menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses mengingat.
Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis,
desainer interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan sebagainya.
7. Kecerdasan Kinestetik - Jasmani
* Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh
kita secara trampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan mampu
bekerja dengan baik dalam menangani objek.
* Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam
bergerak.
* Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play,
permainan yang menggunakan fisik.
* Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.
* Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang dipelajari.
* Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap apa
yang dialami atau dilihat.
Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik /
montir, tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet profesional,
dan sebagainya.
8. Kecerdasan Naturalis
* Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam, tanaman
atau hewan.
* Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia.
* Mampu mengenali pola di antara spesies.
* Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani.
* Senang memelihara tanaman, hewan.
* Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop untuk mempelajari
suatu organisme.
* Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna.
* Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung, scuba diving
(menyelam).
Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus
organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna / flora, penjaga museum zoologi /
botani dan kebun binatang, dan sebagainya.
9. Kecerdasan Spiritual
Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai sebuah kombinasi dan kesadaran
interpersonal dan kecerdasan intrapersonal dengan sebuah komponen “nilai” yang
ditambahkan padanya.
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah, yang menuntun diri kita
menjadi manusia yang utuh, berada pada bagian yang paling dalam diri kita.
Dengan beragamnya kecerdasan manusia, menjadikan peran guru amat penting untuk
memberikan arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi para siswanya.
10.EXISTENTIAL (Cerdas Makna/Existence Smart)
Anak belajar sesuatu dengan melihat ‘gambaran besar’, “Mengapa kita di sini?”
“Untuk apa kita di sini?” “Bagaimana posisiku dalam keluarga, sekolah dan kawan-
kawan?”. Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi antar dunia dengan
kebutuhan untuk belajar.
Kita semua berbeda karena kita semua memiliki kombinasi kepandaian yang berbeda.
Bila kita mampu mengenalinya, saya kira kita akan mempunyai setidaknya sebuah
kesempatan yang bagus untuk mengatasi berbagai masalah yang kita hadapi di
dunia. - Howard Gardner
0 Response to "MEMAHAMI KECERDASAN DENGAN PENDEKATAN MULTIPLE INTELLIGENCES"
Posting Komentar